Cara Budidaya Udang (WINDU) Bago / Tiger shrimp
Sampai saat ini budidaya Udang windu masih merupakan komoditas primadona perikanan budidaya udang, karena hampir 50 % dari total nilai ekspor berasal dari udang dan peluang pasar cukup besar khususnya jepang, Amerika, Singapore, Hongkong dan Eropa. Potensi pengembangan budidaya udang windu berkisar antara 913.000 ha dan sampai tahun 2000 pemanfaatan lahan tersebut barn 378.700 ha (41,48 %), merupakan peluang yang cukup besar untuk terus melakukan perkembangkan.
Untuk meningkatkan keberhasilan budidaya udang pada tambak khususnya Udang Windu (Penaeus monodon) perlu adanya sistem pemeliharaan yang lebih terkendali dalam mengantisipasi kendala penyakit. Penerapan dan cara untuk mengisolasi pengaruh langsung penyakit pada pembesaran udang di tambak dapat melakukan dengan sistem resirkulasi tertutup dan semi tertutup.
Selain itu suksesi penting yang perlu diperhatikan pada budidaya udang windu adalah :
- Penebaran benih di tambak yang bebas virus
- Perlakuan sterilisasi air media pemeliharaan di tambak
- Menerapkan/mengaplikasikan inokulan fitoplankton pada air media pemeliharaan
- Penggunaan kepada ikan bio-screening spesies pemangsa inang dan sebagai biofilter
Berdasarkan tingkat teknologinya. Usaha budidaya udang windu yang berkembang di Indonesia terbagi menjadi: Sederhana (tradisionaI). Madya (semi intensif) dan maju (intensif) yang terlihat dalam tanda jumlah penebaran benur per satuan luas.
PERSYARATAN TEKNIS Budidaya Udang Bago
1. LOKASI
Pemilihan lokasi sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : elevasi tanah sangat landai, tekstur tanah terdiri dari tanah liat berpasir (Sandy loam) atau tanah liat berlumpur (Silty loam), dapat terjangkau oleh pasang surut air laut, Kualitas air dan tanah dapat mendukung tumbuhnya udang secara baik, Aksebilitas dan prasarana penunjang seperti jalan, irigasi ,dll.
2. KUALITAS AIR DAN TANAH
Air media budidaya udang windu diperoleh melalui pencampuran air laut dan tawar dengan kadar garam tertentu (payau) yang Cukup dan tidak terlalu fluktuatif sepanjang masa pemeliharaan; dengan persyaratan sebagai berikut:
Parameter Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Parameter Air | Kisaran Optimal |
---|---|
Salinitas | (ppt) 15 - 25 |
Suhu | (0C) 28,5 - 31,5 |
PH | 7,5 - 8,5 |
Oksigen | (ppm) 3,0 - 7,5 5 |
Alkalinitas | (ppm) 120 - 160 |
Nitrit | (ppm) 0,01 - 0,05 |
NH3 | (ppm) 0,05 - 0,10 |
Transparasi | 30 - 40 |
Parameter Kualitas Air Tanah Dasar Tambak
Parameter Air | Kisaran Optimal |
---|---|
PH | 6,0 - 8,0 |
Bahan organic | (%)< 9,0 |
Redoks potensial | (m.V) > -250 |
NH3 | (ppm) 0,03 - 0,05 5 |
Phosphat | (ppm) 0,30 - 0,50 |
Tekstur | (fraksi) Liat (60-70%) ; Pasir(30-40%) |
KONSTRUKSI TAMBAK BUDIDAYA UDANG WINDU
Pada budidaya udang windu sistem resirkulasi tertutup memerlukan beberapa petakan/saluran air yang berfungsi : terhindar dati masuknya hama penular dari air masuk, terhindar dari masuknya hama penular melalui pematang, dapat mengendalikan kualitas air, sistem filtrasi air secara fisik-biologis atau kimia.
PENGOLAHAN TAMBAK
Pengelolaan tambak merupakan serangkaian kegiatan yang beruntun dalam satu sistem budidaya udang windu, meliputi : Persiapan Tambak, Penebaran Benur, Pemberian Pakan, Pemeliharaan (pencegahan Penyakit & Rama Penular, Pengelolaan Kualitas Air, Manajemen Makanan Alami clan Pakan Buatan) serta Panen.
1. PERSIAPAN TAMBAK
Tahapan pertama yang dilakukan adalah pembersihan tambak dengan pengeluaran lumpur baik dengan sistem basah maupun kering. Setelah itu biasanya tambak langsung lakukan pencucian dengan cara memasukan air setinggi 30-40 cm, hidupkan kincir beberapa jam dan buang air lagi. Bocoran petakan harus diperbaiki serta benar-benar bebas hama dan predator.
Untuk pemberantasan hama dan predator dapat perlakukan pengeringan total sampai tanah dasar menjadi retak-retak. Pembalikan tanah dasar tambak pada lahan yang potensial keasamannya rendah untuk menghilangkan gas-gas beracun. Pengapuran tanah dasar tambak untuk meningkatkan nilai pH tanah hingp;a 6,5-7,0 serta berfungsi juga untuk memberantas hama penular, virus. Pemberantas hama trisipan/siput dengan pembenan Molusida 1 kg/ha dan saponin dapat diberikan untuk memberantas ikan liar dengan dosis 10-12 ppm.
2. PENEBARAN BENUR
Sebelum penebaran benur kepetak tambak, terlebih dahulu perlakukan aklimatisasi terhadap kondisi air dalam petak tersebut. Aklimatisasi ini bertujuan agar benur dapat menyesuaikan din dengan pernbahan lingkungan secara mendadak, seperti suhu dan salinitas yang akan mengakibatkan kematian benur.
Kriteria benur yang berkualitas :
Umur PL antara 13-15, panjang total dari ujung rostrom sampai ujung telson minimum 11 cm, ukuran seragam, wama coklat agak transparan, anggota tubuh lengkap, isi usus tidak putus, kondisi ekor membuka, kondisi antenula tertutup lurus dan parallel, nilai MGR (Muscle Gut Ratio = 4:1), lolos stress test dengan formalin 100 ppm selama 2 jam, bebas dari parasit seperti Gregarina sp dan nematoda, bersih dari ektoparasit dan bebas virus (SEMBV dan MBV).
3. PEMBERIAN PAKAN
Pada tambak tradisional dengan teknologi yang sederhana, hanya mengandalkan makanan alami (dengan pemupukan). Sedangkan pada teknologi madya (tambak intensif), Selain pakan alami juga pemberian pakan tambahan pellet), dan untuk teknologi maju pakan hanya tergantung dari pakan buatan.
4. PEMELIHARAAN UDANG WINDU
Pengamatan udang windu selama masa pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang harus anda lakukan untuk mengetahui :
- Kesehatan dan kondisi udang bago
- Pertambahan berat harian (ADG=Average Daily Gain)
- Tingkat kelangsungan hidup (SR=Survival Rate)
- Biomassa
Pencegahan Penyakit dan Hama Penular
Pengamatan secara visual dapat dilakukan dengan tanda-tanda:
- Kulit udang berlumut karena tertempeli Zoothamnium dan jenis lainnya pada insang (kotor/hitam) dan tubuh
- Insang merah jambu (depelasi Oksigen)
- Insang coklat/kuning (keracunan ammonia)
- Ekor gripis, Anthena putus, daging udang keropos, wama tubuh dan ekor kemerahan.
Penyakit yang paling ganas dan mematikan secara massal pada saat ini adalah WSD (White Spot Diseases). Yang ditandai dengan bercak-bercak putih seperti panu pada bagian kerapas bagian dalam.
Untuk pengendalian penyakit Vibrio yang disebabkan oleh bakteri Vibrio spp. Lakukan dengan pembuangan sedimen kemudian penggantian air dan penumbuhan fitoplankton hijau. Menambah aerasi atau oksigen terlarut di dasar akan menciptakan suasana aerobik yang akan menstimulir perkembangan bakteri Bad/Ius spp dan menghambat pertumbuhan Vibrio spp.
Pengelolaan Kualitas Air
Pada tambak dengan teknologi sederhana, pengelolaan hanya bergantung pada gravitasi pasang surut air laut, sedangkan pada teknologi madya dan maju, pengelolaan air menggunakan pompa air. Pemantauan kondisi air untuk teknologi sederhana terbatas pada salinitas,pH,ketinman sedangkan pada teknologi madya dan maju lebih lengkap seperti DO, NH4, suhu dan sebagainya.
5. PROSES PANEN BUDIDAYA UDANG WINDU / BAGO
Pemanenan hasil dilakukan setelah lama pemeliharaan pada petak pembesaran > 120 hari. dengan berat rata-rata 30 -35 ekor/kg. Perlakuan dan teknik yang dilakukan sebelum pemanenan adalah pengapuran dengan dosis 10-20 ppm (3-5 hari sebelum panen) dan mempertahankan ketinggian air selama 3-5 hari. Lakukan Pemanenan secara bertahap, menggunakan branjang (lift net), jala tebar (falling gear), dsb, pada malam hingga pagi hari atau usahakan pada suhu rendah untuk mengurangi resiko kerusakan mutu udang.
Untuk mempertahankan kualitas perlu teknik penanganan :
- Masukan Udang dalam kranjang, bersihkan dengan air es
- Selama menanti sortir clan timbang, pastikan rendam dengan air es
- Setelah penimbangan, simpan dalam bak penampungan dengan es. Suhu maximum air es 10 0C
simak informasi seputar budidaya udang windu budidayaudangvaname.com